Cerpen "Hadiah Terbaik"
Hadiah
Terbaik
Keluarga adalah hal yang penting. Semua
orang di dunia sangat membutuhkan keluarga. Banyak cinta dan kasih sayang yang
tercipta dalam sebuah keluarga. Akan sangat menyedihkan jika kita hidup tanpa
kasih sayang mereka.
Putri seorang perempuan yang berumur 10 tahun yang selalu dianggap putri
kecil oleh ayahnya yaitu pak Iwan. Pak Iwan dan istrinya bu Tini memiliki 3
orang anak yaitu Yadi, Dwi dan Putri. Putri merupakan si bungsu yang selalu
dekat dengan ayahnya, hingga seringkali jika putri libur sekolah ia selalu
memaksa untuk selalu ikut pak iwan bekerja.
Pak iwan ialah seorang ayah yang sangat
pekerja keras dan selalu sayang terhadap keluarganya terutama pada anak bungsu
nya Putri. Walaupun terkadang pak Iwan sedikit keras terhadap keluarga, namun
itulah cara pak Iwan untuk menjaga mereka. Pak Iwan tidak pernah mengeluh
apapun di depan mereka.
Suatu hari pak iwan mengalami sakit gigi
hingga gusinya bengkak, pak Iwan hanya menganggap ini sakit biasa jika diobati
beberapa hari kedepannya akan sembuh. Namun, hingga satu minggu kemudian
ternyata sakit pak Iwan tak kunjung sembuh.
“Pak, sudah satu minggu sakit bapak
tidak sembuh. Lebih baik bapak periksa, sebelum lebih sakit lagi pak.” Istri
pak iwan sangat khawatir.
“Iya bu, bapak sudah menghubungi nya.
Sebentar lagi juga datang kok” Pak iwan menenangkan bu Tini.
Setelah
orang yang ditunggu datang, pak Iwan diperiksa. Ternyata gigi pak Iwan yang
sakit di cabut. Pak Iwan sangat berharap itu lebih cepat membuat ia sembuh dari
sakitnya dan gusi yang bengkak cepat berangsur mengecil.
Setelah beberapa hari pak Iwan berobat,
seperti biasa pak Iwan bekerja tanpa lelah. Dwi dan Putri bersekolah seperti
biasanya dan bu Tini mengurus rumahnya. Istri dan anak-anak pak Iwan senang
bisa melihat pak Iwan lebih sehat dari hari-hari kemarin.
Setelah beberapa minggu sakit pak Iwan
ternyata bukannya sembuh tapi kondisi semakin tidak baik dari sebelumnya. Pak
Iwan tetap menguatkan diri untuk tetap bekerja tanpa melihatkan rasa sakitnya,
karena ia tidak mau membuat khawatir Istri dan Anak-anaknya.
Hingga
beberapa bulan kemudian…
“Pak, ayok kita ke dokter buat periksa
sakitnya pak. Ibu sangat khawatir pak.” Ibu Tini mengajak pak Iwan karena takut
terjadi hal yang lebih buruk.
“Bapak tidak apa-apa bu, bapak baik-baik
saja. Bahkan bapak masih bisa bekerja seperti biasanya bu. Ibu tenang saja
bapak akan selalu baik-baik saja.” Pak Iwan mencoba menenangkan bu Tini.
Padahal didalam hati Pak Iwan sendiri
pun takut. Takut jika sakitnya ini bisa membuat kesehatannya terganggu untuk
melakukan aktivitas seperti biasanya. Pak Iwan mencoba untuk tetap terlihat
seperti tidak sakit didepan Istri dan Anak-anaknya.
“Pak, apakah bapak akan baik-baik saja
pak?” Putri sedih melihat ayahnya sakit seperti ini.
“Bapak akan sehat terus Put. Anak bapak
yang cantik jangan sedih ya”
“Bapak yakin pak?” Putri meyakinkan
ucapaan ayahnya.
“ Bapak akan selalu sehat kok.” Pak Iwan
mengatakan ini seolahnya dirinya sedang tidak sakit untuk membuat Putri tidak
khawatir.
Hari demi hari keluarga semakin
mengkhawirkan kesehatan pak Iwan. Istrinya pun selalu saja membujuk agar pak
Iwan mau diperiksa ke Rumah Sakit.
Satu
bulan kemudian…
Akhirnya pak Iwan mengalah, ia mengikuti
permintaan istrinya untuk diperiksa ke Dokter, karena pak Iwan sendiri sudah
tidak tahan akan sakitnya. Pak Iwan pergi bersama istrinya ke Rumah sakit
terdekat.
Beberapa jam setelah diperiksa. Ternyata
pak Iwan mengalami penyakit yang serius. Namun, Dokter belum bisa memastikan kebenarannya,
sehingga pak Iwan lebih baik dirujuk untuk dibawa ke Rumas Sakit yang
peralatannya lebih lengkap.
Bu Tini sedih, karena tidak pernah
menyangka penyakit yang dianggap biasa menjadi serius seperti ini. Pak Iwan pun
tak kalah sedih ketika melihat kesehatannya terganggu seperti ini.
Namun, pak Iwan dan istrinya sepakat
untuk tidak memberitahu terlebih dahulu kepada anak-anaknya. Karena, pak Iwan
tidak ingin membuat mereka kepikiran tentang sakitnya.
“Bagaimana pak? Apa hasilnya?”
“ Apakah hasilnya baik-baik saja?”
Dwi dan Putri bertanya tanpa sabar ingin
mengetahui hasilnya.
“Bapak baik-baik saja, bapak akan
beristirahat dulu.”
Singkat saja jawaban Pak Iwan karena
takut mereka akan bertanya lebih lanjut.
Beberapa hari kemudian.
Pak Iwan dan Bu Tini pergi ke Rumah Sakit
yang dirujuk untuk periksa lebih lanjut tentang benar atau tidaknya penyakit
yang dikatakan oleh Rumah Sakit sebelumnya.
Tak lama beberapa jam setelah selesai
periksa ketika menunggu hasilnya. Ya, ternyata benar. Pak Iwan terkena penyakit
Kanker pada bagian mulutnya. Bu Tini sangat syok mendengar berita ini, tidak
pernah menduga bahwa pak Iwan akan sakit seperti ini. Namun, bu Tini mencoba
lebih tabah agar tidak terlihat sedih didepan suaminya. Ia tidak ingin pak Iwan
berkurang semangatnya.
Dokter sempat menyuruh mereka untuk
berobat lebih lanjut ke salah satu Rumah Sakit di Ibu kota yang khusus
menangani penyakit ini. Pak Iwan dan bu Tini menjadi lebih kepikiran, karena
disana mereka akan lebih banyak membutuhkan biaya.
Setelah pulang pun pak Iwan dan istrinya
kembali berusaha terlihat baik-baik saja.
Hari demi hari pak Iwan tetap kembali
bekerja.
Hingga suatu hari pak Iwan harus tetap
keluar daerah selama satu bulan untuk melakukan pelatihan. Namun, seminggu
sekali beliau pulang karena tidak kuat jika merasakan sakit disana.
Putri melihat ini pun sangat sedih jika
Ayahnya dalam keadaan sakitpun harus tetap bekerja untuk melaksanakan tanggung
jawab beliau. Putri sering berpikir bagaimana jika ayah sudah tidak ada?
Bagaiman jika sakitnya ayah ini membuat ayah tidak bisa bertahan lebih lama?
Putri takut jika itu benar-benar terjadi kepadanya.
Dan, beberapa minggu kemudian ketika
sudah selesai melaksanakan pelatihan. Pak iwan berangkat ke Rumah sakit yang
pernah dikatakan oleh dokter sebelumnya. Karena, mengingat penyakit pak Iwan
semakin memburuk. Pak Iwan pergi hanya berdua istrinya. Anak-anak tetap dirumah
bersama neneknya.
Selama Pak Iwan dan Bu Tini disana,
mereka selalu menghubungi anak-anak melewati telpon saja. Ya, keadaan pak Iwan
semakin tidak baik. Ketika bicara saja pak Iwan sudah tidak bisa berbicara
dengan jelas lagi.
Selama disana sangat besar sekali
harapan keluarga untuk pak Iwan kembali sehat. Walaupun dengan keadaan pak Iwan
yang sekarang, ia tidak pernah mengeluh sedikitpun didepan anak-anak. Pak Iwan
yakin ia akan sehat kembali dan selalu berkumpul bersama keluarga tercinta.
“Bu, bagaimana keadaan bapak?”
Putri bertanya dengan sangat khawatir.
“Bapak masih seperti biasa put, tidak
ada perkembangan yang baik.”
Dengan lemas ibu menjawabnya.
“Yaudah, Ibu dan Bapak baik-baik disana
ya. Putri berharap Bapak akan sehat kembali bu. Salam untuk bapak ya bu.
Assalamualaikum bu.”
Putri menutup telpon dengan tidak
bersemangat.
“Waalaikumsalam Putri.”
Selama disana Pak Iwan dan Istri tinggal
disalah satu rumah singgah yang terdekat dengan rumah sakit tersebut. Pak Iwan
rutin melakukan kemoterapi setiap minggunya. Keadaan Pak Iwan semakin menurun.
Berat badan beliau juga turun drastis dari biasanya.
Pak Iwan tetap semangat untuk
menjalankan setiap aktivitasnya selama dalam waktu pengobatan. Ia sangat
berharap untuk bisa sembuh kembali.
Beberapa bulan selama disana kesehatan
pak Iwan tidak ada perkembangan yang baik. Pihak rumah sakit kemudian mencoba
untuk melakukan tindak lanjut dalam pengobatan yaitu dengan melakukan operasi. Sangat
besar harapan dengan operasi bisa mengangkat semua penyakit yang dirasakan oleh
pak Iwan
Tiba saat sehari sebelum dilakukan, pak
Iwan diharuskan berpuasa untuk persiapan operasi yang akan dilakukan. Ya, hari
yang ditunggu tiba. Pak Iwan melakukan operasi.
Bu Tini dengan cemas menunggu sampai
berakhir. Ia selalu berdo’a agar operasi itu berjalan dengan lancar. Namun bu Tini
heran karena dokter yang melakukan operasi pak Iwan keluar lebih cepat.
“Pak, apakah suami saya akan baik-baik
saja.” Tanya bu Tin dengan cemas.
“Maaf bu, kami sudah melakukan yang
terbaik Operasi ini tidak bisa dilanjutkan.”Semoga pak Iwan dan keluarga kuat
ya bu untuk menghadapi ini semua.” Dokter berusaha menenangkan bu Tini.
“Baiklah, terimakasih sudah melakukan
yang terbaik untuk suami saya.”
Ternyata operasi yang akan dilakukan
tidak bisa berlanjut, karena penyakit Kanker yang ada pada pak Iwan sudah
sangat parah. Ya, bu Tini mendengarkan itu sangat sedih. Karena harapan pak
Iwan untuk sembuh sangat kecil.
Keluarga lain yang mendengar kabar ini
pun hanya bisa memberi semangat kepada pak Iwan bahwa pak Iwan pasti sembuh
walaupun harapan itu sangat kecil. Anak-anak pak Iwan hanya bisa bersabar
ketika ibunya memberitahu berita ini. Mereka yakin bahwa ayah mereka akan kuat
untuk melewati semuanya.
Setelah beberapa hari, pak Iwan dan
istrinya memutuskan akan pulang kerumah saja, karena ia pikir lama-lama disana
jika tidak ada perubahan maka lebih baik dirumah sajauntuk tetap berkumpul
bersama keluarga.
Pak Iwan dalam keadaan sakit pun masih
ingat untuk membelikan sesuatu untuk putri bungsunya. Ia tidak ingin melihat
anak-anaknya bersedih karena operasinya tidak berjalan sesuai harapan.
Hari demi hari pak Iwan semakin lemah,
keadaan nya semakin sangat tidak baik. Badan pak Iwan pun semakin kurus. Hampir
setiap hari itu juga pak Iwan selalu merasakan sakitnya, kadang ia mengeluh
kesakitan yang sangat hebat, untuk makan dan minum saja sudah semakin sulit.
Hingga beberapa bulan kemudian kondisi
pak Iwan semakin melemah, berbicaranya saja sudah sangat tidak jelas. Ya, putri
sangat sedih melihat ayahnya saat ini. Ia semakin takut jika nanti ayahnya
benar-benar harus pergi.
Beberapa hari itu keadaan pak Iwan sempat lebih baik dan lebih kuat mengendarai
motor untuk bisa keluar rumah. Keluarga yang melihat keadaan ini sangat senang,
karena masih ada semangat dalam diri pak Iwan. Namun, setelah hari itu keadaan
pak Iwan kembali melemah. Istri dan anak pak Iwan kembali sedih melihat pak
Iwan harus terbaring lemah kembali.
Malam itu istri dan anak pak Iwan
berkumpul untuk mencoba menghibur pak Iwan, banyak bercerita agar pak Iwan
tidak merasakan sepi dalam keadaan sakitnya.
“Nanti kita ubah posisi kursi ya, biar
ada perubahan. Bosan kalo rumah posisi begini terus.” Bu Tini dengan semangat
mengajak Putri dan Dwi.
“Iya bu, benar juga. Besok biar ada
suasana baru.”
Jawab Putri dan Dwi yang tak kalah
semangat dari ibunya.
Setelah selesai mereka mengubah segala
posisi barang yang ada di ruangan itu mereka semua beristirahat didekat pak
Iwan. Putri sangat sedih harus melihat ayahnya kesakitan seperti ini. Pak Iwan
kelihatan tenang disaat tidur, tanpa mengeluh rasa sakitnya.
Namun, tak disangka ternyata itu
merupakan malam terakhir keluarga ini bisa kumpul bersama. Tepat subuh itu pak
Iwan ternyata telah mengembuskan nafas terakhirnya. Benar kata bu Tini bahwa
hari itu semua keadaan benar-benar telah berubah. Tak ada lagi sosok suami dan sosok
ayah yang hebat dikeluarga mereka.
Putri tak kuat menahan sedih, sosok ayah
yang ia sangat sayangi kini benar-benar pergi. Ketakutan yang ia takuti selama
ini terjadi. Kini tak ada lagi sosok lelaki yang menyayanginya dengan tulus.
Pagi itu juga dilakukan pemakaman
jenazah.
“Putri hari ini ulang tahun ya?” Dwi
bertanya kepada Putri.
“Hehe iya bang, tapi ulang tahun kali
ini putri sedih. Ayah kok tega ninggalin kita bang?” Dengan tidak semangat.
“Putri tidak boleh begitu. Justru ini
kado yang sangat istimewa buat ulang tahun putri.”
“Kenapa bang?”
“Ya Putri ini yang terbaik, Allah sayang
sama bapak, Allah juga sayang sama kita semua.”
“Kalo sayang kenapa harus seperti ini
bang?”
“Putri tega ngeliat bapak sakit terus
menerus?” Tanya Dwi.
“Anak mana bang yang tega ngeliat
bapaknya sakit.” dengan lemas putri menjawab.
“Ya makanya Allah sembuhin semua
penyakit bapak, walaupun harus dengan cara ini. Allah juga yakin bahwa ibu
maupun kita sebagai anaknya akan mampu melewati semua rencana ini. Abang juga
yakin bapak akan bahagia kalo kita disin
tidak terus larut dengan kesedihan.”
“Terimakasih bang, putri sekarang
sedikit lebih baik. Putri harus yakin kalo bapak sekarang sudah tidak sakit
lagi. Bapak sekarang sudah tenang disana.”
Selesai dilaksanakan pemakaman itu
mereka kini kembali kerumah.
_______
Sejak hari itu suasana keluarga sedikit
berbeda karena pak Iwan kini tak lagi bersama mereka. Namun, mereka yakin bahwa
rencana Allah akan lebih indah. Hari demi hari mereka lewati, hingga saat ini
keluarga mereka masih tetap bahagia.
Pengorbanan ayah
sangat banyak. Disaat sakitpun ia tetap melakukan tanggungjawabnya, ia tetap
mencari nafkah demi keluarga. Kasih sayang seorang ayah tidak pernah hilang
walau terkadang tidak terlihat secara langsung. Hargai setiap jerih payah mereka,
Sayangi mereka selagi masih ada. Karena akan menyesal jika mereka harus pergi
terlebih dahulu sebelum kita membahagiakannya.
Komentar
Posting Komentar